Kamis, 29 April 2010

Uniknya Balikpapan

Kota Balikpapan berbukit-bukit, sehingga penduduk yang berada di bawah perbukitan sangat susah sekali menerima siaran TV, Radio FM. Saat parabola belum menjamur di kota Balikpapan saya pernah memasang antene outdoor di lereng bukit komendur tepatnya di pagar perumahan pajak di pelayaran. Kalau cuaca tidak berangin dan tidak hujan biasanya siaran yang di terima lumayan, di katakan lumayan di karenakan berbayang. Tetapi bila kondisi berangin bayangan di TV kadang bisa menjadi 2 bahkan 3 bayangan...... kalau sudah begitu sehari kemudian saya naik ke lereng bukit untuk membenarkan arah antene agar siaran yang di terima baik kembali. Naik ke lereng bukit juga sambil minta doa agar di beri keselamatan lahir batin, di karenakan sering ditemukan ular sawah, dan menurut Orang Tua di lereng bukit adalah tempat tinggal para jin...........Kondisi tersebut di mulai tahun 70an sampai dengan tahun 90an, kemudian muncul parabola, banyak penduduk beralih ke parabola, seingat saya dulu harganya Rp.750.000 lengkap payung parabola + receiver+pemasangan. Di masa awal2 banyaknya orang memakai parabola, bisa dibandingkan yang memakai parabola sekitar 60%. Tetapi pemakaian parabola berangsur2 berkurang di karenakan dari pihak penyiaran selalu berganti- format penyiaran yang pertama adalah dari Receiver analog ke format digital, dsb. Terkadang setiap 4 bulan sekali penyiaran di acak.......sehingga mulai dari saat itu lahirlah TV Kabel, dari beberapa gelintir penduduk yang perduli pada kesulitan masyarakat Balikpapan dalam menerima siaran TV. Dari pihak penyedia layanan TV kabel mereka menyediakan beberapa receiver untuk beberapa channel di bagikan ke rumah2 penduduk yang berbayar kepada mereka. Dan sekarang pihak penyedia layanan TV kabel yang terkenal adalah milik Ibu Kadri dan PT Mitra Kaltimpost yang juga menyiarkan siaran mereka dengan nama Balikpapan Television. Selain itu ada juga siaran mengenai kota balikpapan yaitu TV Beruang..........saat ini saya pun berlangganan dengan TV kabel PT. Mitra. tetapi sayang sekali pelayanan dari mereka tidak profesional, bila ada masalah dan saya menelpon mereka untuk meminta mereka datang untuk memeriksa kabel dikarenakan siaran yang kami terima kabur....kami tunggu mereka tetap tidak datang dan bila ditelpon selalu alasan tidak ada teknisi/teknisi sedang tugas diluar.......dan sekarang dikarenakan masalah tersebut , yang biasanya tagihan sebesar Rp.30.000 kami hanya membayar Rp.25.000./ sesuai dengan pelayanan. Selain itu 5 acara TV favorit yaitu National Geographic, ESPN, Star sport, HBO, Cinema sudah tidak ada lagi, memang berdasarkan info kelima stasiun tersebut harus mendapat ijin penyiaran dari pihak media Indonesia untuk menyiarkan kembali.

Sebagian besar warga yang tinggal di Balikpapan adalah pekerja, baik di swasta maupun negeri. Sehingga sangat jarang kita melihat unjuk rasa-unjuk rasa seperti yang kita lihat TV. Kalau memang ada itu adalah beberapa gelintir mahasiswa.....beberapa gelintir mahasiswa? Memang di kota ini tidak ada yang namanya Perguruan Tinggi Negeri. Di Ibukota Samarinda pun yang ada hanya Universitas Mulawarman yang terkenal dengan sebutan UNMUL. Ya itu mungkin salah satu sebab di Balikpapan tidak ada unjuk rasa besar-besaran. Bahkan sebelum adanya PON di kaltim, Balikpapan dalam 1 minggu bisa 3 - 4 kali mati listrik, masyarakat hanya adem ayem aja tuh....paling ada hanya ngomel2 di koran dalam bentuk pesan SMS...sehingga Balikpapan terkenal dengan kota yang kondusif untuk berinvestasi. Tetapi setelah PON selesai alhamdulillah sampai dengan sekarang sudah sangat jarang mati Listrik.....Terima kasih PLN.

Wadi.....adalah sebutan untuk kulit cempedak yang di potong2 kemudian di goreng, buah cempedak mulai dari buah, biji, sampai kulit bisa di makan. Buah dan bijinya bisa di buat gorengan di campur dengan tepung, sebutannya sanggar cempedak. Sedangkan kulitnya dipotong2 sekitar 5x5 cm, terus di rendam dengan air buah asam, terus di goreng......kalau buah cempedak masih baru di petik dari pohon pasti rasanya gurih sekali....masyarakat sini biasanya memakannya sambil di temanin(di culit) sambal. Photo menyusul.......

Kebiasaan menggoreng ikan warga Balikpapan, terutama kelahiran kota Bpp biasanya sebelum menggoreng ikan selalu di rendam dulu menggunakan air bercampur buah asam yang di kacak(di remas). Berbeda dengan kebiasaan di jawa yang menggunakan jeruk untuk menghilangkan bau amis ikan.

Sebutan Martabak kalau di Jakarta adalah Martabak Telor untuk martabak Jakarta Istilah Balikpapan, sedangkan Martabak Manis sebutan di kota ini adalah Terang Bulan. Saya pernah ke Jakarta, kata teman eh...lu pernah ngerasain ngga martabak keju? bayangan gue adalah martabak jakarta yg isinya telur/daging di campur keju.....begitu penasarannya aku beli martabak keju, begitu jadi......ealaaahhhhhh....'terang bulan' toh........di Balikpapan juga ada.........
Sebagian rumah, terutama rumah model lama yang belum di renovasi masih berupa rumah panggung, maksudnya rumah tersebut berdiri diatas tiang-tiang ulin, rumah-rumah tersebut biasanya di bangun oleh suku-suku Bugis yang banyak bermukim di kota minyak yang mungkin sudah tradisi di kampung halamannya terus di bawa ke perantauan di Balikpapan. Selain itu juga kebanyakan karena mengikuti kontur tanah yang miring, jadi di satu sisi rumah menempel langsung ke tanah sedangkan sisi lainnya berdiri tegak di atas tiang ulin.

Tepat tanggal 22 desember 2008, Studio 21 atau tepatnya Cinema XXI telah hadir di Balikpapan. Sebelumnya di kota ini belum pernah ada yang namanya Bioskop dengan penayangan film-film terbaru Hollywood. Yang ada hanyalah bioskop Gelora yang berada di Klandasan, yang menayangkan film-film kadaluarsa. Pernah bioskop ini tutup, dikarenakan memang film-filmnya sudah ketinggalan jaman dan saat itu juga lagi booming VCD bajakan. Letak bioskop Cinema XXI ini berada di Pasar Baru Square yang keseluruhan Mall tersebut bisa di katakan baru 80% jadi. Jadi saat bioskop ramai di kunjungi orang, satu-satunya tenant yg buka di Pasar Baru Square adalah ya Cinema XXI.

Ote-Ote. Adalah jajanan gorengan kalau di Jawa di sebut bakwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar